Makanan Pembentuk Basa
Sumber : Andang W. Gunawan
Sekitar 70% bobot tubuh manusia adalah
air. Air diperlukan oleh hampir semua fungsi tubuh, antara lain sebagai
media pengantar nutrisi ke seluruh tubuh, menjaga keseimbangan enzim di
dalam tubuh dan membersihkan sisa makanan serta toksin dari dalam tubuh.
Karena itu air sangat vital bagi tubuh manusia.
Setiap
hari tubuh kita mengeluarkan sejumlah besar air melalui CO2, Urin,
feses, dan keringet. Supaya keseimbangan kadar air selalu menjaga, air
yang terbuang harus selalu diganti dengan yang baru. Minum delapan gelas
air penuh sehari saja tidak cukup, karena air tidak cukup mengandung
nutrisi. Agar metabolisme seimbang dan penyerapan nutrisi juga optimal,
tubuh memerlukan lebih banyak makanan yang mengandung elemen pembentuk
basa.
Buah-buahan dan sayuran segar
merupakan satu-satunya kelompok makanan yang memiliki kadar air tinggi,
nutrisi dan unsur pembentuk sifat basa sekaligus.
Oleh sebab itu, porsi sayuran dan
buah-buahan segar sebaiknya menempati persentasi 60-70 % dari seluruh
menu dalam satu hari. Sedangkan yang 30-40% dibagi untuk protein,
karbohidrat, dan lemak, menurut proposi yang sesuai dengan kebutuhan
alamiah tubuh. Dalam komposisi demikian keseimbangan asam-basa di dalam
tubuh akan selalu terjaga.
Fungsi pencernaan sangat tergantung pada
efektivitas enzim pencernaan. Makanan juga memiliki enzimnya sendiri dan
co-factor (vitamin dan mineralyang berhubungan dengan enzim), yang
fungsinya antara lain untuk menguraikan molekul-molekulnya sendiri.
Perubahan makanan dari mentah sampai matang dan kemudian menjadi busuk
merupakan bagian dari aktivitas enzim pada makanan. Enzim makanan
memiliki karakter atom dan molekul yang mirip dengan enzim tubuh.
Sayangnya, enzim sangat peka pada temperatur di atas 42%C, sehingga
memasak dengan panas dingin bisa menyebabkan enzim makanan mati.
Makanan tanpa enzim diperlakukan tubuh
sebagai musuh. Untuk menghadapi musuh, tubuh akan mengerahkan pasukan
sel darah putih. Namun sel-sel darah putih ini bisa berbalik merusak
sistem pertahanan itu sendiri apabila jumlah yang dikeluarkan
terus-menerus melebihi batas normal ( kondisi leukositosis). Oleh sebab
itu, terlalu banyak mengkonsumsi makana yang serba dimasak, terutama
dengan pemanasan bertekanan tinggi (pressure-cooked) dan makanan olahan
industri, dapat menimbulkan resiko leukositosis.
Makanan tanpa enzim dengan sendirinya
memaksa tubuh untuk lebih banyak menggunakan enzimnya sendiri. Terlalu
banyak mengkonsumsi makanan tanpa enzim akan memaksa organ-organ pembuat
enzin bekerja lebih keras supaya makanam bisa dicerna. Beban berlebihan
ini akan menimbulkan kelelahan dan pembengkakan pada organ-organ
tersebut, khususnya pankreas. Dengan memperbanyak asupan buah dan
sayuran, kita tidak hanya menghemat enzim dan energi, tetapi juga
terhindar dari resiko, leukositosis dan pembengkakan organ-organ
pencernaan.
Enzim adalah kosmik dan inti kehidupan
yang terdapat dalam setiap atom molekul pada sel dari semua makhluk
hidup di alam semesta. Enzim berfungsi sebagai katalisator seluruh
aktivitas dalam metabolisme. Sebagian enzim diproduksi oleh tubuh
sendiri dan sebagian lagi harus diperoleh dari makanan. Enzim dari buah
dan sayuran segar memiliki kemampuan alamiah menggantikan fungsi
sebagian enzim yang diprodusi tubuh, karena sel-selnya memiliki karakter
dan struktur atom yang mirip dengan sel-sel pada tubuh manusia. Antara
masing-masing atom terdapat daya tarik-menarik seperti kutub positif dan
negatif pada magnet. Sehingga, jika terdapat molekul atom yang hilang
dari enzim tubuh manusia, sel enzim dari buah atau sayuran akan
melepaskan jenis atom yang serupa dan mengisi bagian yang hilang tadi.
Buah-buahan
Buah termasuk makan pembentuk basa karena
setelah dimetabolisme di dalam tubuh akan meninggalkan abu mineral
logam. Kandungan protein serta lemak pada buah juga kecil sekali
sehingga kalorinya boleh diabaikan. Banyak masih tidak yakin bahwa
buah-buahan sebaiknya dikonsumsi dipagi hari atau pada saat perut
kosong, karena khawatir sakit perut. Namun pada food combining sudah
banyak terbukti bahwasanya buah-buahan tidak menimbulkan masalah jika
cara mengkonsumsinya benar, yaitu:
Selain untuk menghilangkan kotoran, juga
untuk mengurangi efek pestisida. Cara mencuci, lihat bab 10 : Pedoman
Belanja Food Combining.
Kalau ada, pilih buah yang ditanam secara organik ( tidak dirawat dengan zat-zat kimia).
Tidak mentah, tidak busuk, tidak berjamur dan tidak memar
Buah yang matang tidak memerlukan tahap
awal pencernaan karena sudah dilakukan oleh enzimnya sendiri. Dengan
kata lain, buah tidak dicerna di lambung. Enzim buah menguraikan ikatan
karbohidrat buahnya sendiri menjadi bentuk zat gula yang lebih
sederhana. Makan buah matang jyga mengurangi beban pencernaan, menghemat
energi, dan bahkan tubuh bisa memperoleh energi lebih cepat. Buah yang
lansung dikonsumsi dan pohon tentulah yang paling baik karena perjalan
panjang dan proses penyimpanan buah yang sering menggunakan pengawet
kimia dapat menurunkan efektifitas enzim dan juga kualitas gizinya.
Tidak dikonsumsi bersama makanan lain atau segera sesudah makanan lain.
Secara alamiah buah sudah mengandung
kombinasi unsur gula dan asam dosis tinggi (asam askorbat/vitamin C).
Gula tidak serasi dengan makanan tinggi pati, juga protein dan lemak.
Selain itu buah berada di lambung hanya sekitar 20-30 menit. Sedangkan
pati, Protein, dan lemak harus dicerna dan memerlukan waktu lebih dari
dua jam. Selain itu kadar asam tinggi juga menurunkan efektivitas enzim
pengurai pati maupun protein.
Makan buah harus perlahan dan sedikit demi sedikit
Semakin tinggi kandungan airnya, semakin
cepat buah meninggalkan lambung. Jika dikonsumsi sekaligus banyak, besar
kemungkinan sebagian dari buah tidak bersentuhan dengan asam lambung.
Buah harus dikonsumsi sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan sampai
terasa pas mengisi perut. Berhentilah makan kalau sudah merasa cukup
kenyang agar lambung dapat bekerja dengan leluasa. Cara makan buah
seperti ini tidak akan membuat perut sakit dan lekas lapar sampai 1 atau
2 jam. Melahap buah sekaligus banyak dapat mengakibatkan sakit kepala
dan rasa mual akibat tekanan gula darah melonjak secara mmendadak.
Kandungan serat dan air pada buah
juga berfungsi membersihkan kotoran dari dalam saluran usus besar.
Kebersihan usus besar merupakan faktor penting yang menunjang kesehatan,
termasuk menjaga berat badan ideal.
Buah memiliki kandungan tinggi elemen gas
karbon yang diperlukan setiap manusia hidup. Karbon berfungsi sebagai
tungku pembakaran sisa-sisa yang berasal dari sistem pencernaan, aliran
darah, organ bagian dalam, jaringan kulit sampai seluruh sel
tubuh.Karena siklus pembuangan alamiah tubuh manusia lebih intensif pada
pagi hari, buah merupakan makanan serasi untuk menu sarapan pagi.
Mengganti kebiasaan sarapan nasi goreng
atau roti isi selai dengan sarapan buah saja memang tidak mudah.
Kebanyakan orang sudah menghantui benaknya sendiri dengan pikiran takut
nanti lemas kelaparan. Padahal coba kita bandingkan nilai kalori antara
sarapan biasa dengan sarapan buah segar.
Sebanyak 300 gram aneka buah segar yang
terdiri dari pepaya, apel, dan nanas nilainya kira-kira sama dengan 125
kalori. Untuk nilai kalori yang sama dari kombinasi nasi dan telor
dadar, kita hanya akan memperoleh 3 sendok makan nasi dan sebutir telur
yang masing-masing beratnya hanya 50 gram saja. tentu saja ini tidak
mengenyangkan, bahkan nasi dan telur bukan kombinasi yang serasi,
terlebih bila porsinya banyak dan sama besar. Kombinasi nasi dan telur (
dalam porsi sampai kenyang) dapat memperlambat proses pencernaan di
dalam lambung sampai 6-8 jam. Proses ini dengan sendirinya akan
menghabiskan energi tubuh, menyebabkan makanan tidak tercerna sempurna,
dan meninggalkan lapisan residu yang akan menyumbat sistem tubuh.
Siklus pembuangan baru disebut efesiensi
bila tidak hanya sisa kotoran yang terbuang, tetapi juga semua toksin
yang menumpuk dan tersebar di seluruh bagian tubuh. Pola buang air yang
teratur bukan jaminan siklus pembuangan sudah efesien, jika tubuh masih
tetep gemuk, sering kepala sakit, atau kulit tetap suram.
Sayuran juga memiliki faktor-faktor
pembentuk basa seperti buah-buahan. Yang membedakan adalah komposisi zat
gizi dan strukturnya. Kandungan gula dan asam pada buah cukup tinggi,
sedangkan pada sayuran sangat rendah. Karena itu sayuran dapat
dikombinasikan dengan protein ataupun pati. Sedangkan buah tidak.
Serat sayuran umumnya lebih keras dan
padat dibandingkan serat buah sehingga sayuran umumnya lebih keras dan
padat dibandingkan serat buah sehingga sayuran agak lebih lama dicerna
daripada buah. Perbedaan-perbedaan tersebut membuat kombinasi sayur dan
buah agak sulit untuk dicerna bersamaan, terutama bagi mereka yang
pencernaannya sensitif.
Sayuran dipercaya sebagai makanan bergizi
dan vital bagi kesehatan dan vitalitas manusia ( khususnya yang segar
da bebas polusi). Sebagian besar sayuran kaya dengan karbohidrat utuh,
serat, vitamin, dan mineral. Semua jenis sayuran berwarna merah, jingga,
atau kuning, seperti cabe merah, wortel, atau labu merah kaya dengan
betakaroten (zat pembentuk vitamin A di dalam tubuh). Zat hijau daun
atau klorofil pada sayuran hijau berfungsi sama seperti hemoglobin pada
darah manusia. Jika pada darah yang berperan adalah zat besi, pada
klorofil adalah magnesium.
Sayangnya beberapa jenis vitamin dan
mineral pada sayuran mudah rusak atau hilang pada saat dimasak atau
dicuci. Oleh sebab itu sayuran sebaiknya dicuci sebelum dipotong-potong
danjangan dimasak sampai layu. Sayuran sekarang banyak yang secara
lansung ataupun tidak lansung terkontaminasi oleh zat-zat kimia dari
pupuk, air, maupun udara. Zat beracun ini umumnya tertinggal di sekitar
kulit atau permukaan kulit. Untuk mengurangi efek polusi tanpa
mengurangi manfaatnya, sebaiknya sayuran dibersihkan dan dipersiapkan
dengan cara yang cermat sebelum diolah dan dimakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima klasih kunjunganya