Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan atau kelebihan Eritrosit dan Leukosit
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme,
dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem
imun yang bertujuan mempertahankan tubuh
dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila
kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada
darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang
berarti darah mengalir dalam pembuluh
darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon
dioksida dan menyerap oksigen melalui
pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran
pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut
pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.
Darah adalah
matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang dibentuk
dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair
yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel
darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel
yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan
dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan
dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai peran sebagai media
transport. Sedangkan leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga
memiliki sifat menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce,
1989). Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen besi dalam pigmen
respirasi biasanya haemoglobin. Haemoglobin merupakan bagian dari sel darah
merah yang mengikat oksigen. Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel
yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma
darah. Sel-sel dari fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi.
Sel ini berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa.
Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air
dan 8-9 % protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika
kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses
fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).
Darah terdiri
atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam medium
yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen sel
merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar
sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah merupakan bagian
yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball,
1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel
darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga
menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).
·
ERITROSIT
Eritrosit
merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Sebagian
besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti kecuali
mamalia (Guyton, 1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus yang
berisi pigmen-pigmen pernafasan yang berwarna kuning hingga merah, yang disebut
haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen (Frandson, 1992). Eritrosit normal
5 juta-6 juta sel/cc. Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang
satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit diperbanyak apabila terjadi
perubahan dan atau pada waktu berada di daerah tinggi dengan tujuan menormalkan
pengangkutan O2 ke jaringan (Sugiri, 1988). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh
jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress (Schmidt
dan Nelson, 1990). Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel
darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990).
·
LEUKOSIT
Leukosit
dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700
(Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti, disebut
juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000-
11.000 sel/cc. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut
leukositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut leucopenia.
Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu
seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit berperan
penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda
asing. Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit
apabila dalam sirkulasi darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding dengan
eritrositnya (Pearce, 1989). Kimball (1988) menyatakan bahwa, sel darah putih
berperan dalam melawan infeksi. Penurunan jumlah
leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia,
kehamilan, dan partus. Menurut Soetrisno (1987), jumlah leukosit dipengaruhi
oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu Umur, kondisi lingkungan
dan musim.
Penyakit/kelainan
darah :
·
Anemia,
yaitu penyakit karena kurangnya sel darah merah.
·
Leukimia,
yaitu penyakit yang disebabkan oleh kelebihan produksi sel darah putih,
penyakit ini biasanya disebut kanker darah.
·
leucopenia,yaitu penurunan jumlah
sel darah putih dalam darah.
Secara
umum, anemia adalah salah satu akibat dari:
·
kekurangan darah dalam jumlah banyak
kerusakan sel-sel darah merah
·
kekurangan bahan dasar untuk membuat
sel darah merah seperti hemoglobin yang disebabkan oleh defisiensi zat besi
·
kegagalan sumsum tulang untuk
membuat sel darah merah dalam jumlah yang cukup besar.
Faktor-faktor penyebab terjadinya
anemia defisiensi zat besi adalah:
·
Kurangnya zat besi dalam makanan
yang dikonsumsi
·
Malabsorbsi zat besi ( penyerapan
zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis, pembedahan tertentu pada
saluran pencernaan seperti lambung. Zat besi diabsorpsi dari saluran
pencernaan. Sebagian besar, zat besi diabsorpsi dari usus halus bagian atas
terutama duodenum. Bila terjadi gangguan saluran pencernaan, maka absorpsi zat
besi dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal itu menyebabkan
kurangnya kadar zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah
terhambat.
· Kehilangan darah yang disebabkan
oleh perdarahan menstruasi yang berat, luka, kanker dan perdarahan
gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut
menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel
darah merah terganggu.
·
Kehamilan Suplai zat besi ibu dialihkan ke janin untuk pembentukan
sel darah merah janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima klasih kunjunganya