Sebagian besar diantara kita mungkin
pernah merasakan lapar dan tahu bahwa itu pertanda kita harus segera
makan. Namun mengetahui bagaimana perut kita bisa menjadi lapar butuh
sedikit motivasi untuk mencari informasinya. Apa perlunya kita
mengetahui proses terjadinya lapar pada manusia?
Rasa lapar sesungguhnya merupakan sinyal
yang normal yang mengingatkan bahwa tubuh perlu menambah energi yang
berkurang. Rasa lapar inilah yang mendorong manusia untuk makan. Dalam
dunia modern seperti sekarang ini disinyalir bahwa semakin banyak orang
yang tidak pernah lagi merasakan lapar karena berbagai alasan seperti
karena gaya hidup dan pola makan yang berubah yang sedikit banyak
terkait dengan makin banyaknya ragam makanan yang tersedia serta daya
beli yang semakin meningkat seiring dengan kemakmuran dunia.
Manusia semakin banyak yang makan hanya
karena sudah waktunya makan (sesuai jam makan yang teratur) meski belum
merasakan lapar, karena godaan kelezatan makanan, dan alasan-alasan
pendorong lain selain rasa lapar. Kenyataan seperti ini mungkin lazim
terjadi pada masyarakat negara maju dan negara berkembang terutama pada
masyarakatnya yang tergolong ekonomi menengah ke atas. Cukup beralasan
mengapa jumlah orang yang kegemukan atau obesitas meningkat pada segmen
masyarakat tersebut.
Rasa lapar meskipun terasa tidak
menyenangkan, ternyata perlu dirasakan dan dijadikan petunjuk utama
kapan kita sebaiknya makan.
Mengapa demikian? Saya akan uraikan alasannya sebagai berikut:
Sebenarnya pembicaraan kita tentang rasa
lapar tidak akan lengkap tanpa membicarakan rasa kenyang karena keduanya
sangat berhubungan erat dalam mengatur inisiasi (pemulaian) dan
pengakhiran suatu proses makan. Namun secara umum bisa dikatakan bahwa
pengaturan rasa kenyang secara fisiologis sedikit lebih sederhana
dibanding pengaturan rasa lapar.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa rasa
kenyang disebabkan setidaknya oleh interaksi antara efek mekanistis
makanan dalam lambung (berupa distensi atau penggembungan lambung oleh
makanan) dengan efek kimia dari makanan berupa pelepasan hormon-hormon
tertentu seperti Kolesistokinin dari usus halus. Pernahkah anda merasa
sangat lapar dan kemudian minum air putih segelas, dan tiba-tiba anda
merasa kenyang? Itu contoh sederhana bagaimana efek distensi tadi bisa
menyebabkan rasa kenyang. Namun apakah kenyang karena minum air tersebut
sama rasanya dengan kenyang karena makan sepiring nasi dan lauknya?
Bagaimana kepuasan yang tercapai oleh dua jenis konsumsi yang berbeda di
atas jika dibandingkan?
Benar, tentu berbeda. Orang akan lebih
merasa terpuaskan dengan kenyang karena sepiring nasi dan lauk dibanding
kenyang karena segelas air putih. Disitulah letak unsur atau aksi
kimiawi zat makanan dalam menginduksi rasa kenyang tadi. Telah diketahui
bahwa berbagai zat gizi yang terdapat dalam makanan seperti lemak,
protein, karbohidrat bisa merangsang produksi hormon yang menghantarkan
signal rasa kenyang seperti Kolesistokinin ke otak untuk diproses. Air
putih yang tidak memiliki kandungan zat gizi tersebut tidak mampu
menimbulkan rasa kenyang yang memuaskan karena tidak adanya penghantaran
signal kenyang tersebut ke otak. Itulah yang membedakan sensasi kenyang
yang berbeda tersebut.
Manipulasi rasa kenyang karena distensi
lambung kadang digunakan untuk terapi kegemukan yang berlebihan. Kadang
lambung dioperasi menjadi lebih kecil agar cepat mencapai rasa kenyang
ketika makan, kadang pula balon dipasang di dalam lambung untuk
mengurangi tempat yang bisa terisi makanan namun tetap menimbulkan rasa
kenyang. Kedua metode makanis tersebut ternyata terbukti bisa menurunkan
berat badan dan memperbaiki kondisi metabolisme pasien kegemukan.
Pasien menjadi cepat merasa kenyang dan menyebabkan jumlah energi yang
dikonsumsi jauh berkurang.
Kenapa Kita perlu merasa lapar?
Telah diketahui bahwa distensi lambung
akan memberikan sensasi kenyang. Namun sayangnya lambung yang
terdistensi kuat memperlambat proses pengosongan lambung alias makanan
membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk ke dalam usus halus. Ini akan
menyebabkan pelemahan penghantaran sinyal rasa kenyang (Kolesistokinin)
ke otak dalam jangka panjang. Jadi semakin sering orang kekenyangan,
akan menyebabkan orang tersebut lebih banyak makan (lebih gembul) dalam
jangka panjang karena gangguan sinyal rasa kenyang di otak tadi. Ini
salah satu alasan kenapa kita dianjurkan makan dalam porsi yang cukup
atau tidak sampai menyebabkan perut kita terlalu kenyang. Bahkan mungkin
makan kurang dari kenyang lebih baik, namun frekuensi makan ditambah.
Dengan cara itu kita bisa merasakan lapar secara teratur dan
menjadikannya pertanda untuk makan. Jangan takut untuk merasa lapar,
namun terlampau lapar berkepanjangan juga tidak baik. Sesegera mungkin
ketika lapar anda makan.
Rasa lapar sebenarnya dipicu oleh
peningkatan hormon Ghrelin dalam darah yang diproduksi oleh sel-sel
dilambung. Puasa menyebabkan peningkatan produksi hormon Ghrelin ini di
lambung. Ghrelin dalam penelitian menunjukkan efek positip terhadap
sekresi dan kerja insulin. Ghrelin yang meningkat menyebabkan kerja
insulin lebih bagus. Pada orang gemuk Ghrelin dalam darah rendah dan
disinyalir memperburuk sinyal insulin. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Ghrelin baik untuk membantu kerja insulin. Ini salah satu alasan
tambahan mengapa rasa lapar itu penting untuk kita rasakan. Rasa lapar
dan puasa akan cenderung meningkatkan produksi Ghrelin yang pada
akhirnya penting untuk kesehatan metabolisme.
Makan Sedikit dan Panjang umur
Ada banyak sekali penelitian pada
binatang yang menunjukkan bahwa hanya dengan mengurangi konsumsi kalori
sampai setengah intake kalori biasanya memperpanjang umur binatang
percobaan sampai 30-40%. Jadi nasehat agar makan sedikit dan berusaha
merasakan lapar bisa jadi merupakan hal yang perlu dilakukan untuk bisa
berumur panjang. (lihat tulisan lain di sini)
Adalah Walter Breuning seorang lelaki
tertua di dunia (tahun ini 113) yang mengaku bahwa umur panjang yang dia
miliki sangat terkait dengan kebiasaan makannya yang sedikit. Dia
mengaku hanya makan dua kali sehari dan dalam jumlah yang sedikit.(Klik di sini) Dia menasehatkan agar segera beranjak dari meja makan sebelum merasa kenyang.
Bagi orang islam nasehat Rasulullah SAW
untuk melakukan puasa baik puasa ramadhan maupun puasa sunat, serta
anjuran beliau untuk tidak makan sebelum lapar dan berhenti sebelum
kenyang adalah selaras dengan penemuan ilmu pengetahuan ini yang pada
intinya memberikan prinsip dasar untuk hidup sehat dan berumur panjang
yaitu makan yang tidak berlebihan atau lebih tepat makan yang dituntun
oleh rasa lapar dan berhenti makan sebelum merasa kenyang/kekenyangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima klasih kunjunganya