1.1 Pengertian Radikal Bebas
Radikal
bebas berasal dari kata latin radix yang berarti “akar”, istilah ini
dipilih karena kelompok – kelompok atom tersebut menggantung dari sebuah
molekul seperti akar dan bisa mengakarkan diri pada molekul lain, jadi radikal
bebas adalah suatu atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif
karena memiliki satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom
atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk
memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus di
dalam tubuh dan apabila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit.
1.2 Sumber
– sumber radikal bebas
Sumber-sumber
radikal bebas semakin sering dijumpai di masyarakat sekarang ini seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya
semakin banyaknya kendaraan baru yang beredar di pasaran dan digunakan oleh
masyarakat yang nantinya semakin memperbanyak polusi udara akibat
penggunaannya, dimana polusi udara merupakan salah satu sumber radikal bebas.
Selain itu, gaya hidup yang semakin berkembang juga dapat berpengaruh terutama
di daerah perkotaan. Banyak masyarakat yang lebih suka mengkonsumsi makanan
cepat saji, banyak mengandung lemak serta zat-zat kimia berbahaya dan
penggunaan rokok, dimana bahan-bahan tersebut merupakan sumber radikal bebas
juga. Dengan demikian, semakin meningkatnya sumber radikal bebas yang terpapar
pada masyarakat, maka resiko untuk menderita penyakit-penyakit.
Radikal bebas yang ada ditubuh manusia
berasal dari 2 sumber :
1.2.1
Sumber endogen
Sumber yang berasal dari proses metabolik yang
normal dalam tubuh manusia, lebih dari 90% oksigen diproduksi dari proses
metabolik tubuh yaitu melalui, proses oksidasi makanan dalam menghasilkan
tenaga di mitokondria yang dikenal sebagai electron transport chain dan akan
memproduksikan radikal bebas superoxide anion (·O2 -), sel darah putih seperti
neutrofil secara khusus memproduksi radikal bebas yang digunakan dalam
pertahanan pejamu untuk menghancurkan patogen yang menyerang, sejumlah obat
yang memiliki efek oksidasi pada sel dan menyebabkan produksi radikal bebas,
radikal bebas yang terbentuk sebagai perantara dan diperlukan dalam berbagai
reaksi enzim, proses oksidasi xanthin (senyawa yang ditemukan di sebagian besar
jaringan tubuh dan cairan bertindak sebagai enzim yang terlibat dalam
mengkatalis perubahan hypoxanthine kepada xanthine dan seterusnya kepada uric
acid yang menghasilkan hydrogen peroxide), reaksi yaang melibatkan besi dan
logam lain, olahraga yaitu dengan latihan yang lebih lama dan lebih intensif,
oksigen akan lebih banyak dikonsumsi, sementara oksigen adalah mutlak penting
untuk produksi energi, tetapi terdapat juga oksigen yang akhirnya akan
membentuk radikal bebas. Selain sumber endogen yang disebutkan diatas. Terdapat
beberapa sumber edogen radikal bebas lainya yaitu :
a. Autoksidasi
Merupakan
produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang mengalami autoksidasi berasal dari
katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas menghasilkan
reduksi dari oksigen diradikal
dan pembentukan kelompok reaktif oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous juga dapat
kehilangan elektronnya melalui
oksigen untuk membuat superoksida dan Fe III melalui proses autoksidasi.
b. Oksidasi
enzimatik
Beberapa
jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine
oxidase (activated in ischemiareperfusion), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan
amino acid oxidase. Enzim
myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion
klorida menjadi suatu oksidan yang kuat
asam hipoklor.
c.
Respiratory burst
Merupakan
terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam
jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih
kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi superoksida. Fagositik sel
tersebut memiliki sistem membran bound flavoprotein
cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk
inaktif. Paparan terhadap bakteri yang diselimuti
imunoglobulin, kompleks imun, komplemen 5a, atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim NADPH-oxidase.
Aktifasi tersebut mengawali respiratory
burst pada membran sel untuk memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari superoksida dengan cara
dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh bakteri.
1.2.2
Sumber eksogen
Pencemaran udara, penipisan lapisan ozon, sumber
radiasi, bahan kimia, toksin, asap rokok, mikroorganisme yang patologik, sinar
UV yang akan meningkatkan kadar radikal bebas secara mendadak, sebagian obat
seperti anastesi dan pestisida serta pelarut yang digunakan untuk industri
merupakan sumber eksogen radikal bebas.
a. Obat-obatan
Beberapa
macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk peningkatan
tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia dapat
mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika kelompok quinoid
atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti
bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki
aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason,
beberapa asam fenamat dan komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat
menginaktifasi protease, dan penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak
empercepat peroksidasi lemak.
b. Radiasi
Radioterapi
memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radiasi
elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (partikel elektron,
photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer dengan cara
memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal primer
tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau
bersama cairan seluler.
c. Asap
rokok
Oksidan
dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan yang besar
terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa oksidan asap tembakau
menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui
mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap
hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi
aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur
panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti
nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam
fase gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil alam fase tar. Contoh
radikal dalam fase tar meliputi semiquinone moieties dihasilkan dari
bermacam-macam quinone dan hydroquinone. Perdarahan kecil
berulang merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam
jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk tersebut meyebabkan pembentukan
radikal hidroksil yang mematikan dari hidrogen peroksida. Juga ditemukan bahwa
perokok mengalami peningkatan netrofil dalam saluran napas bawah yangmempunyai
kontribusi pada peningkatan lebih lanjut konsentrasi radikal bebas.
1.3 Jenis-jenis Radikal Bebas
Ada
banyak jenis radikal bebas, tetapi yaang paling banyak dalam sistem biologis
tubuh adalah radikal yang berasal dari oksigen, dan dikenal sebagai ROS ( Reactive oxygen species ). ROS meliputi
hydrogen peroxide (H2O2), hyhypochlorous acid (HOOCl), superoxide anion (·O2-),
singlet oxygen (11O2) dan hydroxyl radical (OH-) di mana radikal bebas tersebut
berbahaya namun dapat menjadi sangat berbahaya dengan adanya faktor dari
lingkungan sekitar yang mendukung
1.4
Proses Pembentukan
Radikal Bebas dalam Tubuh
Radikal bebas dapat masuk
dan terbentuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kondisi lingkungan yang tidak
sehat, dan makanan berlemak. Menurut Kumalaningsih (2006) penjabaran ketiga
cara tersebut adalah sebagai berikut.
1.4.1 Melalui
pernafasan
Saat kita melakukan pernafasan akan masuk oksigen (O2) yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pembakaran gula menjadi CO2, H2O, dan
energi. Dalam hal ini O2 sangat berperan karena bila tidak ada O2 proses
kehidupan akan tidak lancar dan membahayakan bagi tubuh kita sendiri. Tetapi
dengan bernafas atau oksigen yang berlebihan saat olahraga terjadi reaksi yang
kompleks dalam tubuh dan menghasilkan produk-produk sampingan berupa radikal
bebas, yaitu radikal oksigen singlet, radikal peroksida
lipid, radikal hidroksil, radikal superoksida. Semua radikal bebas oksigen ini
sangat cepat merusak jaringan- jaringan sel.
1.4.2 Lingkungan tidak
sehat
Pembakaran yang tidak sempurna misalnya asap rokok yang tidak
menghasilkan CO2 tetapi CO, demikian juga asap dari kendaran bermotor merupakan
radikal bebas yang berbahaya sekali bagi paru-paru. Di
samping itu juga dari asupan makanan yang mengandung logam-logam berat
memungkinkan terbentuknya radikal bebas akibat oksidasi dari luar. Beberapa
macam radikal bebas antara lain superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2),
hidroxyl radical OH, singlet oxygen O2, hypoclorus radical OCL, ozone O3.
1.4.3 Makanan berlemak
Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh kita tetapi konsumsi lemak yang
berlebihan khususnya konsumsi lemak polyunsaturated dan lemak hydrogenasi
sangat berpotensi menghasilkan radikal bebas. Lemak polysaturated, lemak ini
disebut juga lemak tidak jenuh artinya lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada
atom C-nya. Adanya ikatan rangkap tersebut mudah sekali dioksidasi atau
terserang peroksidasi lipid membentuk radikal peroksida lipid. Makanan yang
banyak mengandung lemak polyunsaturated antara lain mayones dan saos salad akan
mudah sekali terserang radikal bebas. Lemak hidrogenasi, adalah lemak yang
ikatan rangkap tak jenuhnya telah disubtitusi dengan hidrogen, lemak ini
disebut margarin atau mentega tiruan. Lemak hidrogenasi sangat berbahaya karena
dapat mengubah kemampuan serap selaput sel sehingga mengakibatkan fungsi
selaput sel sebagai pelindung menjadi tidak berarti (Kumalaningsih, 2006).
1.5
Pembentukan
radikal bebas dalam sel
Radikal bebas diproduksi dalam sel yang
secara umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik
atau non-enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin
maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang
dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa. seperti ribonukleotida
reduktase. Sedangkan pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran
superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada
saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber
utama radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai
transport elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma
retikulum dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida. Dalam kondisi yang
tidak lazim seperti radiasi ion, sinar ultraviolet, dan paparan energy tinggi
lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan.
1.6
Reaksi
perusakan oleh radikal bebas
Definisi tekanan oksidatif (oxidative
stress) adalah suatu keadaan dimana tingkat oksigen reaktif intermediate
(ROI) yang toksik melebihi pertahanan anti-oksidan endogen. Keadaan ini
mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak,
protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi
organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan terhadap serangan
radikal bebas.
1.6.1
Peroksidasi lemak
Membran
sel kaya akan sumber poly unsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah dirusak oleh bahan-bahan
pengoksidasi; proses tersebut dinamakan peroksidasi lemak. Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses
berkelanjutan. Pemecahan
hidroperoksida lemak sering melibatkan katalisis ion logam transisi. asam lemak, khususnya asam lemak tak jenuh yang merupakan
komponen penting fosfolipid penyusun membran sel. Komponen terpenting
membran sel adalah fosfolipid, glikolipid dan kolesterol. Dua komponen pertama
mengandung asam lemak tak jenuh. Justru asam lemak tak jenuh ini (asam-asam
linoleat, linolenat dan arakidonat) sangat rawan terhadap serangan-serangan
radikal, terutama radikal hidroksil. Radikal hidroksil dapat menimbulkan reaksi
rantai yang dikenal dengan nama peroksidasi lipid, Akibat akhir dari rantai
reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa yang
bersifat toksis terhadap sel, antara lain berbagai macam aldehida, seperti
malondialdehida, 9-hidroksi-nonenal serta bermacam-macam hi-drokarbon seperti
etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Dapat pula terjadi
ikatan silang (cross-linking) antara dua rantai asam lemak atau antara
asam lemak dan rantai peptida (protein) yang timbul karena reaksi dua radikal.
Semuanya itu menyebabkan kerusakan kerusakan parah membran sel sehingga membahayakan
kehidupan sel
1.6.2
Kerusakan protein
Protein yang memegang berbagai peran penting seperti enzim,
reseptor, antibodi dan pembentuk matriks serta sitoskeleton. Protein
dan asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas dari pada PUFA, sehingga kecil kemungkinan dalam
terjadinya reaksi berantai yang cepat. Serangan
radikal bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat ekstensif. Hal ini terjadi hanya jika
radikal tersebut mampu berakumulasi (jarang pada sel normal), atau bila
kerusakannya terfokus pada daerah tertentu dalam protein. Salah satu penyebab
kerusakan terfokus adalah jika protein berikatan dengan ion logam transisi.
Oksidan dapat merusak protein karena dapat mengadakan reaksi dengan asam-asam
amino yang menyusun protein tersebut. Diantara asm-asam amino penyusun protein
yang paling rawan adalah sistein. Sistein mengandung gugusan sulfidril (SH) dan
justru gugusan inilah yang paling peka terhadap serangan radikal bebas seperti
radikal hidroksil . Pembentukan ikatan disulfida
(-S-S-) menimbulkan ikatan intra atau antar molekul protein tersebut kehilangan
fungsi biologisnya (misalnya enzim kehilangan aktivitasnya).
1.6.3
Kerusakan
DNA
Seperti
pada protein kecil kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA menjadi suatu reaksi berantai, biasanya kerusakan
terjadi bila ada lesi pada susunan molekul,
apabila tidak dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi maka akan terjadi mutasi. Radikal oksigen dapat
menyerang DNA jika terbentuk disekitar DNA
seperti pada radiasi biologis. Radikal bebas dapat menimbulkan berbagai
perubahan pada DNA yang antara lain .berupa : hidroksilasi basa timin dan
sitosin, pembukaan inti purin dan pirimidin serta terputusnya rantai
fosfodiester DNA. Bila kerusakan tak terlalu parah,
maka masih bisa diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA (DNA repair system ).
Namun apabila kerusakan terlalu parah, misalnya rantai DNA terputus-putus
diberbagai tempat, maka kerusakan tersebut tak dapat diperbaiki dan replikasi
sel akan terganggu.. Susahnya, perbaikan DNA ini sering justru menimbulkan
mutasi, karena dalam memperbaiki DNA tersebut sistem perbaikan DNA cenderung
membuat kesalahan (error prone ), dan apabila mutasi ini mengenai
gen-gen tertentu yang disebut onkogen, maka mutasi tersebut dapat menimbulkan
kanker.
2.1 Pengertian
Antioksidan
(Menurut, winarsih 2007) Antioksidan adalah senyawa yang mampu
menangkal atau meredam efek negatif oksidan dalam tubuh, bekerja dengan cara
mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktifitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat.
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai
struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya cuma- cuma kepada molekul
radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi
berantai dari radikal bebas.
Gambar 1 Antioksidan Menangkal Radikal bebas dengan
mentransfer satu elekton.
Selama bertahun-tahun para ahli kimia
telah mengetahui bahwa tindakan oksidasi dari radikal bebas bisa dikendalikan
bahkan dicegah dengan oleh berbagai bahan antioksidan. Misalnya, makanan yang
disimpan terlalu lama juga menjadi rusak karena oksidasi. Seperti lemak menjadi
tengik karena mengalami reaksi oksidasi radikal bebas. Lemak tersebut
teroksidasi menjadi senyawa baru yang rasa dan baunya tidak enak dan segala
sesuatu yang dapat mencegah hal ini akan memiliki nilai ekonomis oleh karena
itu para ahli kimia mencari antioksidan untuk tujuan ini. Seperti pengawet
makanan tocopherol Vitamin E, Propyl galate, dan BHT ( butyrated
hydroksiltulena). Antioksidan ini bekerja dengan mendonorkan atom hydrogen ke
radikal hidroksil sehingga terbentuk air. Rumusnya sederhana H+OH=H2O .Dengan
kata lain,dua radikal aktif yang bergabung membentuk sutu molekul yang tidak
berbahaya yaitu air.
2.2 Klasifikasi Antioksidan
Antioksidan memiliki pengelompokkan yang
beragam berdasarkan sumber, Jenis dan mekanisme kerjanya. Pengelompokkan
Antioksidan yang utama adalah Antioksidan berdasarkan jenisnya yaitu : Antioksidan
Enzimatis dan Antioksidan non Enzimatis.
2.2.1
Klasifikasi
berdasarkan Jenis utamanya.
Antioksidan
enzimatis: merupakan antioksidan endogenus, yang termasuk di dalamnya
adalah enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation peroksidase
(GSH-PX), serta glutation reduktase (GSHR). Sebagai antioksidan, enzim-enzim
ini bekerja menghambat pembentukan radikal bebas, dengan mengubahnya menjadi
produk lain yang stabil, sehingga antioksidan kelompok ini disebut juga chain-breaking-antioxidant
(Winarsih, 2007).
a. Superoksid
Dismutase (SOD)
SOD adalah enzim intraseluler. SOD terdapat
dalam tiga bentuk: (1) Cu-Zn SOD yang terdiri dari dua sub unit dan terdapat di
dalam sitoplasma (2) Mn-SOD di dalam mitokondria dan (3) Cu-SOD yang terdapat
di ekstraseluler.
SOD bereaksi dengan radikal bebas sebagai
pereduksi superoksid untuk membentuk H2O2. Enzim katalase dan
glutathione peroksidase mereduksi H2O2 menjadi H2O.
Masing-masing enzim tersebut bekerja dengan sistem umpan balik. Peningkatan
superoksid akan menghambat glutathione peroksidase dan katalase. Peningkatan H2O2 akan
menurunkan aktifitas CuZn-SOD. Sementara katalase dan glutathione peroksidase
dengan mereduksi H2O2 akan menghemat SOD. SOD dengan mereduksi
superoksid akan menghemat katalase dan glutathione peroksidase. Melalui sistem
umpan balik ini tercapailah keadaan SOD, katalase, glutathione peroksidase,
superoksid dan H2O2 dalam keadaan seimbang.
Penimbunan superoksid (O2-) dicegah oleh enzim superoksida Dismutase
dengan mengkatalis reaksi superoksid :
2O2’ + 2 H+ H2O2
+ O2
b. Katalase
Enzim ini adalah protein yang terdapat di
semua sel aerob pada jaringan tubuh. Katalase terutama terkonsentrasi pada hati
dan eritrosit. Otak, otot rangka, jantung hanya mengandung katalase dalam jumlah
sedikit. Katalase dan glutathione
peroksidase mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Peningkatan
produksi hidrogen peroksida oleh enzim SOD tanpa diikuti peningkatan katalase
atau glutathione peroksidase akan menyebabkan penumpukan hidrogen peroksida.
2H2O2 2 H2O + O2
c. Glutation perioksidase
Glutathione Peroksidase adalah enzim yang berperan aktif dalam menghilangkan H2O2 dalam
tubuh dan mempergunakannya untuk merubah glutathione (GSH) menjadi glutathione
teroksidasi (GSSG) dengan reaksi sebagai berikut :
H2O2 + 2GSH 2 H2O + GSSG
Enzim tersebut mendukung aktivitas enzim SOD
bersama-sama dengan enzim katalase dan menjaga konsentrasi oksigen akhir
agar stabil dan tidak berubah menjadi pro-oksidan.
Apabila
radikal hidroksil masih saja terbentuk, masih ada saran lain untuk meredamnya,
tanpa memberi kesempatan untuk memulai reaksi rantai dengan melibatkan
senyawa-senyawa yang mengandung gugusan sulfidril seperti glutation dan sistein
:
Glutation
(GSH) :
GSH + ‘OH
GS’+ H2O
2
GS’ GSSG
Sistein (Cys-SH) :
Cys-SH +
‘OH Cys-S’ + H2O
2 Cys’ Cys-S-S-Cys sistin
Mekanisme
kerja Antioksidan Enzimatis :
·
Enzim SOD memiliki Fungsi :
mengubah radikal bebas superioksida yang berbahaya menjadi hydrogen prioksida
yang lebih aman, tetapi hydrogen perioksida mudah menimbulkan oksidasi, Oleh
karena itu Tubuh memerlukan Enzim lain yaitu Katalase dan gluthation perioksida
·
Katalase dan gluthation
perioksida memiliki fungsi memecah hydrogen perioksida menjadi air dan oksigen.
·
Ketiga jenis enzim ini dibuat
di dalam sel di bawa instruksi kode genetic yang panjang di dalam DNA. Setiap
sel di dalam tubuh mengandung instruksi untuk membuat enzim-enzim ini .
Antioksidan Non-Enzimatis disebut
juga antioksidan eksogenus, Terbentuknya senyawa oksigen reaktif dihambat
dengan cara pengkelatan metal, atau dirusak pembentukannya (Winarsih, 2007).
Antioksidan non-enzimatis bisa didapatkan dari komponen nutrisi sayuran, buah
dan rempah-rempah. Komponen yang bersifat antioksidan dalam sayuran, buah dan
rempah-rempah meliputi vitamin C, vitamin E, β-karoten, flavonoid, isoflavon,
flavon, antosianin, katekin dan isokatekin (Kahkonen et al., 1999).
Senyawa-senyawa fitokimia ini membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif
yang disebabkan oleh radikal bebas.
a.
Alpha tokophertol (Vitamin
E)
Alfa tokoferol adalah antioksidan yang
larut dalam lemak yang terdapat di dalam sel. Alfa tokoferol ditemukan sekitar
awal 1920-an. Nama tokoferol pertama kali digunakan oleh Evans. Tokoferol
berasal dari kata Yunani, tokos berarti kelahiran bayi, phero berarti
membawa kemajuan dan ol menunjukkan bahwa molekulnya mengandung alkohol.
Vitamin E adalah istilah umum untuk menunjukkan semua aktifitas biologi vitamin
E alami, yaitu d-alfa-tokoferol. Di alam, terdapat 8 substansi yang memiliki
aktifitas vitamin E, yaitu kelompok tokoferol (d-alfa, d-beta, d-gamma dan
d-delta-tokoferol) dan kelompok tokotrienol (d-alfa, d-beta, d-gamma, dan
d-delta-tokotrienol). Kedua kelompok ini berbeda dalam hal metilasi dan
rantainya. Dari semuanya, d-alfa-tokoferol mempunyai aktifitas biologik yang
paling tinggi sehinga dijadikan sebagai standard bagi yang lain.
Vitamin E adalah nutrisi esensial yang
berfungsi sebagai antioksidan di dalam tubuh manusia. Disebut esensial karena
tubuh tidak dapat membuat sendiri, sehingga harus disediakan dari makanan.
Tokoferol terdapat dalam minyak, kacang, gandum dan padi. Absorbsi tokoferol
didalam usus berhubungan dengan absorbsi lemak. Lebih kurang 40% tokoferol yang
dimakan akan diabsorbsi. Tokoferol masuk ke dalam darah melalui pembuluh limfe
sebagai kilomikron. Vitamin E disimpan di jaringan lemak dan terkonsentrasi di
mitokondria, retikulum endoplasmik dan membran plasma
Fungsi utama vitamin E adalah mencegah
peroksidasi membran fosfolipid. Karakteristik vitamin E yang lipofilik
memungkinkan tokoferol berada di lapisan dalam sel membran (Halliway dan
Getteridge, 1992).Tokoferol OH dapat memindahkan atom hidrogen dengan satu
elektron ke radikal bebas dan membersihkan radikal bebas sebelum radikal bebas
bereaksi dengan protein membran sel atau
bereaksi membentuk lipid peroksidasi.
Tokoferol-OH yang bereaksi dengan radikal
bebas membentuk tokoferol-H. Tokoferol-H sendiri adalah radikal bebas juga.
Tokoferol-H akan bereaksi lagi dengan vitamin C membentuk semidehidroaskorbat,
suatu radikal bebas yang lemah.
b. Asam
Askorbat (Vitamin C)
Asam askorbat adalah vitamin yang larut
dalam air. Antioksidan yang terdapat dalam buah jeruk, kentang, tomat dan
sayuran yang berwarna hijau. Manusia tidak mampu mensintesa l-askorbic acid
dari d-glukosa karena tidak mempunyai enzim l-gulakolakton oksidase. Oleh sebab
itu manusia memperoleh asam askorbat dari diet.
Fungsi antioksidan vitamin C adalah
kemampuannya sebagai agen pereduksi (donor elektron) radikal bebas. Pemberian
satu elektron yang berasal dari asam askorbat membentuk radikal
semi-dehidroaskorbat (DHA). Askorbat bereaksi dengan O2- dan OH
untuk membentuk DHA. Menurut penelitian Jialal,1990, askorbat mempunyai
kemampuan yang lebih kuat daripada tokoferol dalam menghambat oksidasi LDL.
Konsentrasi askorbat yang digunakan untuk menghambat oksidasi LDL adalah
sebesar 40-60 ppm
c. Betakaroten
Karotenoid adalah mikronutrien yang memberi
warna pada buah dan sayuran. Karotenoid adalah prekursor vitamin A dan
mempunyai efek antioksidan. Ada lebih dari 600 karotenoid telah ditemukan di
dalam makanan. Yang paling sering adalah alfa-karoten, beta-karoten, likopen,
krosetin, santaantin dan fukosantin. Beta-karoten adalah jenis yang paling
banyak diteliti. Beta karoten terdiri dari dua molekul vitamin A (retinol).
Beta karoten yang berasal dari diet diubah menjadi retinol di mukosa
intestinal.
Fungsi beta karoten sebagai antioksidan
adalah kemampuannya untuk bereaksi dengan radikal bebas. Tetapi kemampuan beta
karoten bereaksi dengan radikal bebas juga terbatas karena karotenoid sendiri
dapat mengalami oksidasi (auto-oksidasi).
Mekanisme kerja
Antioksidan non Enzimatis :
·
Vitamin E dan betakaroten
bersifat lipofilik, sehingga dapat berperan pada membran sel untuk mencegah
peroksidasi lipid. Sebaliknya, vitamin C, glutation dan sistein bersifat
hidrofilik, dan berperan dalam sitosol.
·
Karena keberadaannya dalam
membran, vitamin E dapat bereaksi dengan radikal lipid (L’ ) dan radikal
peroksilipid (LOO’)
Toc-H +
L’ Toc’
+ LH
Toc H + LOO’ Toc’+ LOOH
Radikal vitamin E (Toc’) tidak
terlalu reaktif karena terjadinya resonansi.
·
Meskipun
demikian, radikal vitamin E perlu juga dihilangkan. Untuk ini ada tiga cara,
yaitu :
a. Radikal
vitamin E mengalami reaksi-reaksi
intramolekul menghasilkan senyawa-senyawa non-radikal
b. Setelah bergeser kearah permukaan molekul, radikal vitamin E bereaksi
dengan vitamin C (Asc-H) dan menghasilkan radikal vitamin C (Asc’) :
Toc ‘+
Asc-H2 ==> Toc-H + Asc’ + H+
Radikal vitamin C kemudian dihilangkan melalui reaksi dismutasi
yang menghasilkan vitamin C dan dihidro-asam ascorbat (DHAA) :
1 Asc’ + 2
H+ ==> Asc-H2
+ DHAA
c. Radikal vitamin E dapat
pula bereaksi dengan glutation atau sistein yang juga terdapat dalam sitosol :
Toc’+ GSH
(CysSH) ==> Toc-H + GS’ (CysS’ )
2 GS’ (CysS’ ) ==> GSSG
(CysS-Scys)
Vitamin E hanya dapat berperan bila tekanan oksigen (pO2) tinggi.
Pada tekanan oksigen rendah, peranan vitamin E digantikan oleh betakaroten.
Seperti halnya radikal vitamin E, radikal betakaroten agak stabil karena adanya
resonansi dalam molekulnya.
2.2.1
Klasifikasi berdasarkan sumbernya
Berdasarkan
sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik
(antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan
alami ( antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).
a. Antioksidan sintetik
Diantara beberapa contoh antioksidan
sintetik yang diizinkan penggunaan untuk makanan yaitu Butil Hidroksi Anisol
(BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat (PG), dan Tert-Butil Hidoksi
Quinon (TBHQ). Antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah
diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial (Buck 1991).
Antioksidan BHA memiliki kemampuan
antioksidan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari ketahanannya terhadap
tahap-tahap pengelolaan maupun stabilitasnya pada produk akhir seperti lemak
hewan yang digunakan dalam pemanggangan, akan tetapi BHA relatif tidak efektif
jika ditambahkan pada minyak tanaman. Antioksidan BHA bersifat larut lemak dan
tidak larut air, berbentuk padat putih dan dijual dalam bentuk tablet atau
serpih, bersifat volatil sehingga berguna untuk penambahan ke materi pengemas.
Antioksidan sintetik BHT memiliki sifat
serupa BHA, antioksidan ini akan memberi efek sinergis yang baik jika digunakan
bersama antioksidan BHA. Antioksidan BHT berbentuk kristal padat putih dan
digunakan secara luas karena relatif murah.
Antioksidan sintetik lainnya yaitu
propil galat. Propil galat mempunyai karakteristik sensitif terhadap panas,
terdekomposisi pada titik cairnya 148⁰C, dapat membentuk komplek
warna dengan ion metal, sehingga kemampuan antioksidannya rendah. Selain itu,
propil galat memiliki sifat berbentuk kristal padat putih, sedikit tidak larut
lemak tetapi larut air, serta memberi efek sinergis dengan BHA dan BHT.
Antioksidan TBHQ dikenal sebagai
antioksidan paling efektif untuk lemak dan minyak, khususnya minyak tanaman
karena memiliki kemampuan antioksidan yang baik pada proses penggorengan tetapi
rendah pada proses pembakaran. Jika antioksidan TBHQ digabungkan dengan
antioksidan BHA, maka akan memiliki kemampuan antioksidan yang baik pada proses
pemanggangan dan akan memberikan manfaat yang lebih luas. Antioksidan TBHQ dikenal berbentuk bubuk putih sampai
coklat terang, mempunyai kelarutan cukup pada lemak dan minyak, tidak membentuk
kompleks warna dengan Fe dan Cu tetapi dapat berubah pink dengan adanya
basa.
b.
Antioksidan Alami
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari
senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, senyawa
antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, senyawa
antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai
bahan tambahan pangan (Pratt 1992). Menurut Pratt dan Hudson (1990), kebanyakan
senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari
tumbuhan.
Menurut Pratt dan Hudson (1990) senyawa antioksidan alami
umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan
flavonoid,turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik
polifungsional. Ditambahkan oleh Pratt (1992), golongan flavonoid yang memiliki
aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol
dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat,
asam klorogenat, dan lain-lain. Senyawa antioksidan alami polifenolik ini
adalah multifungsional dan dapat beraksi sebagai pereduksi, penangkap radikal
bebas, pengkelat logam, dan peredam terbentuknya singlet oksigen.
2.2.3 Antioksidan
berdasarkan mekanisme kerjanya.
Atas dasar fungsinya antioksidan dapat
dibedakan menjadi Tiga seperti berikut.
1. -
Antioksidan Primer
Antioksidan primer berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru karena ia dapat merubah radikal bebas yang ada
menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, yaitu sebelum sempat
bereaksi. Antioksidan primer yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah
enzim superoksida dismutase. Enzim ini sangat penting sekali karena
dapat melindungi hancurnya sel-sel dalam tubuh akibat serangan radikal bebas.
Bekerjanya enzim ini sangat dipengaruhi oleh mineral-mineral seperti mangan,
seng, tembaga dan selenium yang harus terdapat dalam makanan dan minuman.
Selain Enzim superoksida dismutase Enzim Antioksidan lainya juga merupakan
salah satu contoh dari Antioksidan Primer yaitu Enzim katalase dan Enzim
Glutation Perioksidase.
2.-
Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang
berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai
sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Contoh yang populer,
antioksidan sekunder adalah vitamin E, Vitamin C, dan betakaroten yang dapat
diperoleh dari buah-buahan.
3. -
Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang
memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas.
Biasanya yang termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin
sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim
tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker.
Hubungan
Penyakit Terhadap Radikal
Bebas dan Antioksidan
Sebagian besar penyakit
diawali dan disebabkan oleh adanya reaksi radikal bebas yang berlebihan di
dalam tubuh. Oleh karena adanya pengaruh radikal bebas yang tidak baik bagi
kesehatan tubuh, maka tubuh memerlukan suatu komponen penting yang menangkal
serangan radikal bebas. Komponen penting yang mampu menyelamatkan sel-sel tubuh
manusia dari bahaya radikal bebas adalah antioksidan. Berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa antioksidan berperan dalam menangkal serangan radikal bebas.
Keseimbangan
antara kandungan antioksidan dan radikal bebas di dalam tubuh merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kesehatan tubuh. Apabila jumlah radikal bebas
terus bertambah sedangkan antioksidan endogen jumlahnya tetap, maka kelebihan
radikal bebas tidak dapat dinetralkan. Akibatnya radikal bebas akan bereaksi
dengan komponenkomponen sel dan menimbulkan kerusakan sel (Arnelia 2002).
Dampak reaktifitas senyawa radikal bebas bermacam-macam, mulai dari kerusakan sel
atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif seperti kanker,
asterosklerosis, penyakit jantung koroner (PJK), dan diabetes mellitus.
- · Asteroklorosis dan Radikal Bebas
Reactive oxygen species (ROS) berperan dalam
aterosklerosis. Radikal bebas yang banyak berperan dalam fisiologi dan
patofisiologi vaskuler adalah nitric okside (NO.), superokside (O2 -),
hydrogen peroksida (H2O2) dan peroksinitrit (ONOO-).
Masing-masing radikal bebas ini dihasilkan oleh reaksi enzimatik dan kimiawi
yang spesifik.
Pada pembuluh darah, dalam keadaan normal NO
dihasilkan oleh endothelial nitrik okside sintetase (eNOS), tetapi jika terjadi
peradangan NOS juga terdapat pada makrofag dan sel otot polos yang kemudian
menghasilkan NO. Sedangkan O2- dan H2O2 dapat
dihasilkan oleh semua sel pembuluh darah.
Nitrik okside (NO) merupakan mediator
vasodilatasi pembuluh darah dan berperan dalam agregasi trombosit, sedangkan O2- dan H2O2 merupakan
mediator pertumbuhan, difrensiasi dan apoptosis sel otot polos pembuluh darah.
O2- dan NO
dapat bereaksi membentuk radikal yang sangat reaktif yaitu peroksinitrit (ONOO-).
Peroksinitrit merupakan mediator terjadinya peroksidasi lipid, termasuk
oksidasi LDL.
- · Asteroklorosis dan Antioksidan
Antioksidan yang umumnya berperan dalam
Asteroklorosis adalah Enzim glutathione peroksidase. Seluler glutathione peroksidase (GPx-1) merupakan
bentuk yang paling banyak terdapat di hampir seluruh sel, termasuk di
endothelium pembuluh darah. Pada sel endotel, 70% H2O2 yang
terbentuk oleh lekosit PMN didetoksifikasi oleh Glutathione peroksidase.
Glutation perioksidase berfungsi untuk
mereduksi hydrogen peroksida menjadi air dan lipid peroksida menjadi alkohol.
Marc A Forgione berpendapat bahwa defisiensi GPx-1 berhubungan langsung dengan
meningkatnya stress oksidatif pada pembuluh darah sehingga terjadi disfungsi
endotel.
- · Kanker dan Radikal bebas
Kanker dapat disebabkan oleh adanya serangan radikal bebas pada
DNA dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal akan merusak jaringan. Selain itu, kanker timbul karena didalam tubuh
kita juga terdapat senyawa penyebab timbulnya kanker atau karsinogen akibat
pembakaran yang tidak sempurna. Salah satu paling berbahaya adalah hidrokarbon
aromatik.
·
Kanker dan
Antioksidan
Peran antioksidan dalam kanker. Antioksidan akan berperan dalam
memelihara sel dan DNA. Antioksidan tersebut akan menurunkan produksiu radikal
bebas, mencegah kerusakan pada sel, serta menurunkan peluang sel menjadi sel
kanker. Antioksidan tersebut dapat di temukan pada makanan seperti makanan yang
mengandung senyawa flavonoid, vitamin C, Vitamin E.
- · Penuaan dan Radikal Bebas
Proses
penuaan, radikal bebas merupakan salah satu aspek penyebab penuaan sel yang
ditandai dengan penimbunan pigmen lipofusin intrasel terutama pada jantung,
hati dan otak. Pigmen ini berasal dari hasil peroksidasi polilipid tak jenuh
membran seluler dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan akumulasi radikal
bebas yang terbentuk secara fisiologik dan merupakan hasil reaksi agen eksogen. Peroksidasi molekul lemak
selalu mengubah atau merusak struktur molekul lemak. Selain sifat peroksidasi
membran lemak yang secara alami menghancurkan dirinya sendiri, aldehida yang
terbentuk dapat menimbulkan ikatan silang pada protein. Apabila lemak yang
rusak adalah konstituen suatu membran biologis, susunan lapis ganda lemak yang
kohesif dan organisasi struktural akan terganggu. Akibat dari kerusakan
jaringan ini secara pelan-pelan menyebabkan elastisitas kolagen merosot dan
kulit menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan.
- · Penuaan dan Antioksidan.
Seperti telah
dijelaskan sebelumnya penuaan dapat di sebabkan oleh adanya radikal bebas. Hal
tersebut dapat dicegah dengan Antioksidan. Antioksidan umumnya di temukan di
dalam makanan. Sistem antioksidan kulit meliputi
komponen enzimatik dan nonenzimatik. Komponen enzimatik berupa SOD, katalase,
glutation peroksidase, dan glutation reduktase, sedangkan komponen nonenzimatik
berupa flavonoid, vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, seng, dan
glutation. Antioksidan enzimatik yang terpenting dalam melindungi sel dari
Radikal bebas eksogen adalah SOD. Aktivitas SOD akan meningkat guna melawan ROS
yang terbentuk akibat pajanan sinar UV. Sistem yang kompleks ini merupakan
mekanisme pertahanan pertama kulit untuk melawan serangan radikal bebas.
- · Diabetes Melitus dan Radikal bebas
Diabetes Mellitus (DM), atau yang lebih
dikenal awam sebagai “kencing manis,” tidak hanya berkaitan dengan gula di
dalam makanan, namun ternyata juga dapat disebabkan oleh radikal bebas. Paparan
radikal bebas akan merusak sistem tubuh yang berkaitan dengan metabolisme gula
dan akibatnya tubuh menjadi tidak berdaya dalam mengontrol kadar gula darah
agar tetap normal. Paparan radikal bebas yang menyerang sel-sel di dalam tubuh
akan mengacaukan sistem endokrin, termasuk insulin yang merupakan hormon
pengatur metabolisme gula. Kekacauan yang ditimbulkan oleh radikal bebas akan
membelokkan arah kerja molekul penghantar sehingga kepekaan (resistensi)
terhadap insulin menurun. Sel tubuh yang resisten terhadap gula dan insulin
merupakan dasar pemicu terjadinya DM. Paparan berbagai macam racun (xenobiotik)
yang masuk ke dalam tubuh juga akan memaksa tubuh untuk bekerja keras melakukan
detoksifikasi agar molekul racun tidak berubah menjadi radikal bebas. Tugas
tambahan ini menyebabkan sistem imun di dalam tubuh menjadi kacau. Akibatnya,
terjadi peradangan dimana-mana dan sel-sel yang seharusnya bekerja memproses
gula menjadi energy pun tidak mampu lagi bekerja sebagaimana mestinya.
DM bukanlah penyakit sepele karena DM mampu
menyebabkan berbagai macam komplikasi yang luas dan berbahaya. Salah satu
contohnya adalah gangguan penglihatan (retinopati), dimana terjadi penurunan
fungsi penglihatan. Retinopati tidak hanya disebabkan oleh gangguan fungsi
syaraf akibat kadar gula yang terlalu tinggi di dalam darah, namun juga disebabkan
oleh penumpukan radikal bebas pada lensa dan makula penderita DM. Pada kondisi
yang serius, paparan radikal bebas pada mata ini dapat menyebabkan terbentuknya
katarak dan kebutaan permanen. Contoh komplikasi lainnya adalah diabetes
neuropati, yaitu gangguan pada syaraf motorik dan sensorik. Pengaruh radikal
bebas akan semakin ganas saat sel-sel syaraf mengalami peradangan akibat gula.
Penderita DM yang mengalami diabetes neuropati dapat merasakan gejala-gejala
seperti kesemutan hingga kebas atau mati rasa.
- · Diabetes Melitus dan Antioksidan.
Peran antioksidan bagi penderita DM sangat
penting. Berbagai studi secara
konsisten menunjukkan defisiensi status pertahanan antioksidan total pada
penderita diabetes. Status pertahanan tersebut meliputi glutation, vitamin C,
antioksidan enzim superoksida dismutase (SOD), dan katalase. Beberapa peneliti
mengungkapkan adanya penurunan vitamin E pada penderita diabetes. Selain
vitamin E, glutation juga ditemukan menurun pada penderita diabetes.
Glutation dalam bentuk tereduksi (GSH) terdapat dalam plasma
manusia, intraseluler, dengan kemampuan sebagai antioksidan untuk menghambat
radikal bebas dengan fungsi secara umum sebagai buffer redoks, dan
kofaktor enzim GPX. Bukti terbaru mengungkapkan bahwa GSH berperan penting pada
diabetes melitus. Perubahan terhadap rasio GSH tereduksi/teroksidasi (GSH/GSSG)
mempengaruhi respons sel beta terhadap glukosa dan perbaikan aksi insulin. Aksi
insulin tersebut sangat mempengaruhi kadar gula darah dalam tubuh yang akan
mencegah terjadinya DM dalam tubuh.
- · Katarak dan Radikal Bebas
Kerusakan
protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat mengakibatkan
sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang banyak
terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebakan katarak
- · Katarak dan Antioksidan
Beta
karoten, lutein dan zeaxantin ditemukan yang bertindak sebagai antioksidan yang
dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas di mata dan dapat mencegah
terjadinya katarak atau mengontrol terjadinya proses katarak.
Lutein
dan zeaxanthin sebagai antiosidan menangkap radikal bebas tersebut (dengan cara
berikatan dengannya) sebelum mereka merusak protein atau lipid lensa. Dalam hal
ini lutein dan zeaxathin dapat diibaratkan sebagai “pelindung” lensa mata
terhadap serangan radikal bebas.
Penatalaksanaan
Terhadap Radikal
Bebas dengan Antioksidan
JENIS
ANTIOKSIDAN
|
SUMBER PADA BAHAN PANGAN
|
VITAMIN A DAN KARATENOID
|
Mentega, margarin,
buah-buahan berwarna kuning, sayur-sayuran hijau
|
VITAMIN E
|
Biji bunga matahari,
biji-bijian yang mengandung kadar minyak tinggi, kacang-kacangan, susu dan
hasil olahannya
|
VITAMIN C
|
Buah-buahan (jeruk, kiwi,
dan lain-lain), sayur-sayuran (sebagian rusak selama pemasakan), kentang
|
SENG (Zn)
|
Bahan pangan hewani : daging,
udang, ikan, susu dan hasil olahannya
|
Tembaga (Cu)
|
Hati, udang, biji-bijian,
serealia (kadar dalam makanan tergantung pada konsentrasi Cu dalam tanah)
|
Selenium (Se)
|
Serealia, daging, ikan
(kadar dalam makanan tergantung pada konsentrasi Se dalam tanah)
|
Upaya untuk mencegah atau mengurangi
resiko yang ditimbulkan oleh aktivitas radikal bebas adalah dengan mengkonsumsi
makanan atau suplemen yang mengandung antioksidan. Dengan menkosumsi makanan yang mengandung antioksidan
diharapkan dapat meningkatkan status imunologis dan menghambat timbulnya
penyakit degenerative. Makanan yang mengandung Antioksidan pada umumnya adalah
sayuran dan buah. Berikut adalah makanan yang banyak mengandung antioksidan
Bahan
pangan mengandung senyawa-senyawa yang tidak dikategorikan sebagai zat gizi,
tetapi mempunyai aktivitas antioksidan.
Pada Tabel 2 ada beberapa
contoh senyawa antioksidan non-gizi yang terdapat dalam bahan pangan sebagai
berikut :
Jenis
Antioksidan
|
Sumber
pada bahan Pangan
|
||||||||||||||||||||||||
Biogenik amin
|
Antioksidan berdasarkan fungsi amin dan fenol, contohnya dalam
keju
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||||||
Senyawa
polifenol
-
Flavonoid
-
Flavon
-
Heterosida flavonoat
-
Kalkon auron
-
Biflavonoid
|
Efektivitas sebagai antioksidan tergantung pada jumlah dan posisi
OH, senyawa polifenol banyak terdapat dalam sayur-sayuran daun
|
||||||||||||||||||||||||
Tanin
-
Asam galat
-
Protosinidol
|
Banyak terdapat dalam teh, sayuran dan buah-buahan
|
||||||||||||||||||||||||
Komponen
tetrapirolik
|
Antioksidan sinar, banyak terdapat dalam sayur-sayuran (hijau).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima klasih kunjunganya